Universitas Kehidupan

Dulu saya pernah mendapat SMS dari seorang rekan kerja yang berisi mengenai Universitas Kehidupan. Menurut saya SMS tersebut cukup membuat hidup lebih bersemangat dan lebih ikhlas dalam menjalaninya. Berikut isi SMS tersebut.

Universitas KehidupanUniversitas Kehidupan
Saat kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kau sedang belajar tentang KETULUSAN.
Saat usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kau sedang belajar KEIKHLASAN.
Saat hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kau sedang belajar tentang MEMAAFKAN.
Ketika kau harus lelah & kecewa, maka saat itu kau sedang belajar tentang KESUNGGUHAN.
Saat kau merasa sepi & sendiri, maka saat itu kau sedang belajar tentang KETANGGUHAN.
Ketika kau harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kau sedang belajar tentang KEMURAHAN HATI.
Tetap semangat
Tetap sabar
Tetap tersenyum
Terus belajar…
Karena kau sedang menimba ilmu di Universitas Kehidupan……!!!!
ALLAH menaruhmu di tempatmu yang sekarang, bukan karena kebetulan.
DIA punya maksud untuk hidupmu…

Semoga dapat bermanfaat  🙂

Green Computing

Save EarthApa itu Green Computing? Dapat dibilang Green Computing itu Go Green-nya ala anak IT. Kenapa demikian? Karena dengan menghemat energi, itu juga merupakan kegiatan Go Green. Lebih lengkapnya tentang Green Computing dapat dibaca di link di bawah ini ya.

Green Computing

Yuk mari jaga bumi kita demi anak cucu kita nanti. Kalau bukan dari diri sendiri dan sekarang kita memulai, kapan lagi? Dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil dalam hidup kita!!!

Oiya, baca juga tentang Hanya Faktor Kebiasaan, tapi Berefek Luar Biasa. Demi bumi kita yang semakin menua, mari lakukan perubahan. 🙂

DISASTER RECOVERY PLANNING (DRP)

“Sedia payung sebelum hujan” merupakan salah satu peribahasa yang tepat untuk menggambarkan Disaster Recovery Planning. Apakah itu Disaster Recovery Planning? Sebelum membahas mengenai hal tersebut, saya akan memberikan gambarannya terlebih dahulu.

Pada tahun 2008 terjadi kebakaran pada kantor Komnas Perlindungan Anak yang menghabiskan seluruh dokumen-dokumen penting di dalamnya, 3.260 data tentang kasus-kasus yang ditangani hangus terbakar.(1) & (2)

Tidak dapat dibayangkan apabila data-data penting bagi perusahaan hilang karena suatu bencana (disaster), baik itu karena faktor alam maupun kesalahan manusia (human error). Merupakan suatu keharusan bagi sebuah organisasi untuk merencanakan suatu tindakan pengamanan terhadap arsip-arsip vital dalam rangka mengantisipasi bencana. Hal inilah yang disebut dengan Disaster Recovery Planning. Namun hal ini jarang menjadi prioritas karena alasan biaya yang mahal dan penerapan yang sulit.

Apabila membahas Disaster Recovery Planning (DRP), tidak dapat terlepas dari Business Continuity Planning (BCP). Business Continuity Planning (BCP) merupakan suatu strategi untuk memperkecil efek gangguan dan untuk memungkinkan proses bisnis terus berlangsung. Sedangkan Disaster Recovery Planning (DRP) adalah proses, kebijakan, dan prosedur yang berkaitan dengan persiapan untuk pemulihan atau kelanjutan dari infrastruktur teknologi yang penting bagi organisasi setelah bencana, baik karena alam ataupun ulah manusia. Dapat disimpulkan bahwa Disaster Recovery Planning (DRP) merupakan bagian dari Business Continuity Planning (BCP).(3) Akan tetapi juga terdapat sumber yang menyebutkan bahwa DRP adalah sama dengan BCP.

Disaster Recovery Planning (DRP) dan Business Continuity Planning (BCP) membahas mengenai perencanaan untuk keadaan darurat yang mengancam kelangsungan bisnis dan meneruskan bisnis tersebut walaupun terjadi bencana. Tujuan dari BCP dan DRP adalah menjaga bisnis tetap beroperasi meskipun ada gangguan dan menyelamatkan sistem informasi dari dampak bencana lebih lanjut.

Komponen dari Disaster Recovery Planning adalah:

  • Informasi kontak personil (personnel contact information)
  • Back up situs (back up site)
  • Pedoman perencanaan (manual plan)
  • Inventaris hardware
  • Inventaris software
  • Vendors
  • Backup Data
  • Disaster Action Checklist
  • Uji perencanaan (test the plan)

Disaster Recovery Planning harus menangani tiga bidang, yaitu:(4)

  1. Prevention (pra-bencana): Pra-perencanaan diperlukan (seperti menggunakan server mirror, memelihara situs hot sites, pelatihan tenaga pemulihan bencana) untuk meminimalkan dampak keseluruhan bencana pada sistem dan sumber daya. Pra-perencanaan ini juga memaksimalkan kemampuan sebuah organisasi untuk pulih dari bencana.
  2. Continuity (saat bencana): Proses pemeliharaan inti, mission-critical sistem dan sumber daya “kerangka” (aset minimal yang dibutuhkan untuk menjaga sebuah organisasi dalam status operasional) dan/atau menginisiasi hot sites sekunder selama bencana. Langkah-langkah continuity menjaga sistem dan sumber daya perusahaan.
  3. Recovery (pasca bencana): Langkah-langkah yang diperlukan untuk pemulihan dari semua sistem dan sumber daya untuk menjadi status operasional normal. Organisasi dapat mengurangi waktu pemulihan dengan berlangganan ke quick-ship programs (penyedia layanan pihak ketiga yang dapat memberikan pra-konfigurasi penggantian sistem untuk setiap lokasi dalam jangka waktu yang tetap) atau dapat juga disebut dengan vendor.

Disaster Recovery Planning (DRP) sangat penting bagi perusahaan agar operasional perusahaan dapat tetap berjalan meskipun terjadi bencana. Apabila operasional perusahaan terhambat, maka perusahaan pun akan mengalami kerugian.

Referensi:
(1)   http://pemasaran.wikispaces.com/file/view/DRP+dan+arsip+vital.pdf
(2)   http://news.okezone.com/BeritaAnda/index.php/ReadStory/2008/03/29/230/95738/kantor-komnas-perlindungan-anak-terbakar
(3)   http://practicalbcdr.com/disaster-recovery/
(4)   http://www.networkeducator.com/disaster-recovery-plan.htm

DROPBOX

Sehubungan dengan adanya tugas salah satu mata kuliah untuk mengulas mengenai tools collaborative working, maka dalam tulisan ini saya membahas mengenai salah satu tools collaborative working tersebut yaitu Dropbox. Dropbox adalah layanan cloud yang memberi akses kepada kita untuk menyimpan gambar, dokumen, video, dan file lainnya. Setiap file yang terkoneksi akan otomatis terhubung dengan komputer, ponsel, atau device lainnya yang memakai aplikasi dropbox. Dropbox bekerja dengan baik pada Windows, Mac, Linux, serta perangkat mobile. Dropbox digunakan untuk backup data ataupun file sharing. Fungsi dropbox untuk file sharing inilah yang digunakan dalam collaborative working.

Dropbox tersedia dari free hingga berbayar. Dropbox menawarkan beberapa tingkat harga yang berbeda, yaitu:

  1. Dropbox Basic, memberikan 2GB penyimpanan tanpa biaya.
  2. Jika Anda membutuhkan ruang lebih, Anda dapat membayar $9,95 per bulan untuk 50GB (Dropbox Pro 50) atau $19,99 per bulan untuk 100GB (Dropbox Pro 100).
  3. Dropbox Teams, ditujukan untuk level usaha kecil, dengan membayar $795 per tahun, yang menyediakan hingga 1 terabyte penyimpanan untuk lima user.

Cara menggunakan dropbox yaitu:

  1. Membuat account pada website dropbox https://www.dropbox.com/.
  2. Setelah account terbuat, maka dapat mendownload dan menginstall program dropbox pada PC, laptop, atau mobile device, dan konfigurasi dengan account dropbox yang telah kita buat tadi. Hal ini untuk mempermudah dalam mengupload dan mendownload file, yaitu dengan sinkronisasi otomatis, tanpa perlu melalui website dropbox.

Untuk men-sharing file dengan rekan kerja misalnya, terlebih dahulu dengan membuat folder yang nantinya akan diisi file-file yang akan di-sharing. Selanjutnya dapat meng-invite rekan ke dalam folder tersebut.

Apabila terdapat perubahan pada folder yang kita sharing, misalkan dropbox diinstall pada laptop atau PC, maka ketika laptop atau PC kita terkoneksi Internet secara otomatis akan tersinkronisasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Begitu juga sebaliknya, apabila kita melakukan perubahan pada folder dropbox yang ada di PC kita, akan mengakibatkan perubahan pada folder dropbox yang terinstall pada device rekan kita.

 Selain itu kita dapat memantau siapa yang telah melakukan perubahan pada folder yang kita sharing, semacam log / history penggunaan. Apabila secara tidak sengaja Anda menghapus file di dropbox, atau mungkin orang lain yang menghapus file tersebut, secara default dropbox menyimpan file Anda diserver dan dapat di-restore dalam periode 30 hari setelah pendeletan.

Menurut saya dropbox sangat efektif dalam collaborative working dalam hal file sharing, tidak perlu dengan mengirim email, terlebih apabila sering bertukar file dengan teman/klien/rekan kerja.

Silakan klik link berikut http://db.tt/gzsUil4a untuk membuat account Dropbox. Welcome to Dropbox! 🙂

Referensi:
https://www.dropbox.com/
http://www.pcmag.com/article2/0,2817,2343852,00.asp
http://www.cerenauf.com/2012/04/apa-dan-mengapa-dropbox/
http://candraadiputra.blogspot.com/2011/11/dropbox.html

OUTSOURCING

Menyambung tulisan sebelumnya mengenai Pekerja TI / IT Workers (https://chanifindah.wordpress.com/2012/05/26/it-workers-di-indonesia/), terdapat beberapa jenis pengaturan ketenagakerjaan, baik di bidang TI maupun di bidang yang lain, diantaranya yaitu Outsourcing, Insourcing, Self-Sourcing, dan Co-Sourcing. Untuk dapat memberikan sedikit gambaran, berikut merupakan definisi dari jenis-jenis pengaturan ketenagakerjaan tersebut.

OUTSOURCING
Outsourcing terdiri dari dua suku kata, yaitu out dan sourcing. Outsourcing dapat diartikan sebagai pengalihan kerja atau tanggung jawab kepada pihak lain. Kenapa perlu dilakukan outsourcing? Yaitu agar perusahaan dapat lebih fokus pada core bisnis perusahaannya. Biasanya bagian pekerjaan yang di-outsourcing-kan merupakan pekerjaan yang sifatnya non-core atau penunjang.

INSOURCING
Insourcing merupakan kebalikan dari Outsourcing, yaitu perusahaan bukan menyerahkan pekerjaan kepada perusahaan lain yang lebih kompeten, akan tetapi justru mengambil atau menerima pekerjaan dari perusahaan lain.

SELF-SOURCING
Yaitu pendelegasian suatu pekerjaan ke pihak yang ahli dalam bidang tersebut dalam satu perusahaan (pihak internal perusahaan).

CO-SOURCING
Yaitu hubungan kerja sama dengan perusahaan lain dimana perusahaan A menggunakan source dari perusahaan B, dan perusahaan B menggunakan source dari perusahaan A.

Untuk penjelasan lebih lengkapnya mengenai point-point di atas, dapat dilihat di sini.

Dalam tulisan ini, yang akan dibahas yaitu mengenai Outsourcing. Terdapat keuntungan dari penggunaan Outsourcing, diantaranya yaitu:

  1. Perusahaan dapat fokus pada core bisnisnya.
  2. Menghemat biaya operasional.
  3. Turn-over karyawan menjadi lebih rendah.
  4. Modernisasi dunia usaha.
  5. Lainnya, seperti: efektifitas manpower, tidak perlu mengembangkan SDM untuk pekerjaan yang bukan utama, dan lain sebagainya.

Undang-undang yang mengatur tantang outsourcing adalah Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan:

Pasal 64

“Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa Pekerja atau Buruh yang dibuat secara tertulis.”

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Divisi Riset PPM Manajemen tahun 2008 menggunakan kuesioner dengan convinience sampling kepada 44 perusahaan, hasil survei diketahui bahwa 73% perusahaan menggunakan tenaga outsource dalam kegiatan operasional perusahaannya, sedangkan sisanya yaitu 27% tidak menggunakan tenaga outsource.

Selain itu, dari hasil survey tersebut juga diketahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan provider jasa tenaga outsource, yaitu ditunjukkan oleh Gambar 2 di bawah ini.

Dalam bidang IT, cakupan bidang yang dapat dilakukan outsourcing diantaranya yaitu software, hardware, ataupun jaringan. Berdasarkan The Computer Sciences Corporation (CSC) Index, bentuk outsourcing dalam bidang IT dapat dikategorikan menjadi 4 macam, yaitu :

  1. Total outsourcing, yaitu outsourcing yang secara total pada seluruh komponen TI.
  2. Selective outsourcing, yaitu outsorcing yang hanya pada komponen-komponen tertentu saja.
  3. Transitional outsourcing, yaitu outsourcing yang fokusnya pada pembuatan sistem baru.
  4. Transformational outsourcing, yaitu outsourcing yang fokusnya pada pembangunan dan operasional dari sistem baru.

Tahapan (life cycle) outsourcing pada institusi TI menurut IT Governance dalam Outsourcing Governance yaitu dengan mempertimbangkan hal berikut.

  1. Pastikan outsourcing sesuai dengan bisnis organisasi dan operasi strategi (baik strategic planning maupun tactical planning).
  2. Tentukan tipe outsourcing.
  3. Tetapkan aturan outsourcing dan kerangka sebelum kontrak ditandatangani (responsibilities of the governance initiative).
  4. Lakukan penelitian pada organisasi/institusi sendiri (untuk memahami, mengukur, dan memenuhi persyaratan kebutuhan outsourcing).
  5. Pilih provider/peng-outsource.
  6. Lakukan negosiasi ulang kontrak untuk jangka waktu.

Perlu diketahui bagaimana cara mengatur strategi outsourcing yang cocok atau selaras (aligned) dengan strategi bisnis. Strategi outsourcing tersebut yaitu:

  1. Manajemen harus menyetujui bahwa pekerjaan yang akan di outsource bukanlah pekerjaan yang kritikal (core competence job) dari perusahaan itu.
  2. Mempertimbangkan model outsource seperti apa yang akan dilakukan.
  3. Memperhitungkan dengan seksama budget yang akan dipergunakan.
  4. Melakukan komunikasi yang intensif dan terarah mengenai implementasi outsourcing pada karyawan.
  5. Melakukan pemilihan vendor.

Sebagai contoh, dalam pengadaan sistem informasi suatu perusahaan, dapat dilakukan dengan insourcing, outsourcing, ataupun membeli software yang sudah jadi. Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan dari ketiga cara pengadaan tersebut.

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa terdapat plus dan minus dari masing-masing cara, untuk menentukan cara mana yang dipilih kembali lagi kepada tujuan dan kebijakan perusahaan.

Demikian tulisan saya, semoga bermanfaat. 🙂

Sumber:

IT Workers di Indonesia

Saya sebagai salah seorang IT Worker atau pekerja TI, sekedar ingin sharing mengenai permasalahan yang dihadapi oleh IT Workers di Indonesia. Sebelum membahas hal tersebut, jenis-jenis pekerjaan di bidang TI antara lain:

  1. Teknisi Komputer
  2. Programmer
  3. System Analyst
  4. Peneliti
  5. Dosen
  6. Administrator (Database Administrator, Administrator Jaringan, Security Administrator, dan lain sebagainya)
  7. IT Consultant
  8. IT Art/Designer
  9. dan masih banyak lagi.

Apakah karakteristik yang harus dimiliki oleh IT Workers? Untuk menjadi seorang pekerja TI, karakteristiknya sama seperti pekerja di bidang lain, yaitu soft skill dan hard skill yang baik. Soft skill dapat dibilang sebagai personality dari pekerja tersebut, yang mencakup intrapersonal dan interpersonal skill. Sedangkan hard skill adalah pengetahuan dan kemampuan teknis berdasarkan bidang yang digeluti. Untuk menjadi pekerta TI tidaklah harus orang yang berasal dari bidang TI, tidak menutup kemungkinan orang yang berasal dari bidang lain namun mempelajari TI secara otodidak dapat menjadi seorang pekerja TI.

Pada proses rekruitmen karyawan, kompetensi teknis (hard skill) lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi, dan keterampilan yang dikuasai. Untuk soft skill biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara. Hasil dari psikotes ini, walaupun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’. Disamping itu, sertifikasi juga sangat mempengaruhi perusahaan dalam menerima seorang pegawai. Sertifikasi yang dimiliki oleh pekerja TI, misalnya CCNA (Cisco), OCP (Oracle), dan sertifikasi keahlian internasional yang lain meningkatkan kredibilitas seorang pekerja TI di mata pemberi kerja (perusahaan).

Lantas, apakah IT Workers selalu bekerja pada perusahaan yang bergerak di bidang IT? Tentu tidak. Mengingat peran IT yang sudah merambah ke segala bidang, banyak perusahaan yang sudah menyadari pentingnya teknologi informasi bagi perusahaannya. Sehingga lapangan kerja bagi pekerja TI pun semakin luas. Lantas sudah mapankah pekerja TI di Indonesia dibandingkan dengan negara lain? Untuk menjawab hal tersebut, berdasarkan survei media teknologi ZDNet Asia yang dimuat dalam http://nasional.kompas.com/read/2011/01/07/16033924/Gaji.Pekerja.IT.Indonesia.Paling.Rendah  menyatakan bahwa rata-rata gaji pekerja TI di Indonesia paling rendah di antara negara-negara lain di kawasan Asia. Gaji pekerja TI Indonesia juga menduduki peringkat paling bawah dari delapan negara yang disurvei (China, Hongkong, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand). Untuk mendapatkan gambaran mengenai gaji rata-rata tahunan pekerja TI di Indonesia dapat dilihat di http://tekno.kompas.com/read/2012/04/25/19130733/Ini.Daftar.Gaji.Pekerja.TI.di.Indonesia.

Selain permasalahan standard gaji yang berada di bawah standard gaji negara lain, salah satu permasalahan IT Workers di Indonesia adalah mengenai stigma yang melekat pada pekerja TI yang dipandang sebagai pegawai yang serba bisa, dari mulai memperbaiki komputer yang bermasalah, reparasi printer yang ngadat, sampai dengan menangani jaringan yang bermasalah. Pandangan yang salah dari pegawai lain ataupun perusahaan mengenai pekerja TI yang PALUGADA (apa lu mau gue ada) ini biasanya terdapat pada perusahaan yang bergerak di bidang non-IT. Sebenarnya IT Workers sendiri memiliki spesifikasi keahlian masing-masing, ahli jaringan, hardware, sistem (analis sistem, programmer, dan lain sebagainya), maupun spesifikasi keahlian yang lain.

Di samping itu, salah satu permasalahan IT Workers di Indonesia adalah masalah jenjang karir yang tidak standar atau merata. Hal ini biasanya terdapat pada perusahaan yang menganggap IT hanya sebagai pelengkap dari bisnis yang dijalankannya, bukan sebagai penunjang proses bisnis perusahaannya ataupun competitive advantage untuk menangani persaingan dari perusahaan serupa. Jenjang karir yang tidak jelas ini tentunya akan berimbas pada gaji yang diperolehnya. Gaji yang tidak setara dengan beban kerja yang ditanggung (stigma PALUGADA), akan membuat IT workers berpikir ulang untuk bertahan pada perusahaan tersebut, sehingga munculah fenomena “kutu loncat” di kalangan pekerja TI di Indonesia. Tidaklah heran pekerja TI berpindah dari perusahaan satu ke perusahaan yang lain dikarenakan merasa hak yang diperolehnya tidak sesuai dengan kewajiban yang dilaksanakan. Namun di Indonesia juga sudah banyak perusahaan non-IT yang sudah memiliki jenjang karir yang jelas bagi pekerja TI-nya, misalnya perusahaan di bidang perbankan yang sudah menyadari betapa pentingnya IT bagi bisnisnya, tidak hanya sebagai pelengkap, akan tetapi sebagai penunjang proses bisnis perusahaannya dan juga sebagai competitive advantage yang dapat menjaring nasabah dari bank yang lain. Perusahaan tersebut sudah memberikan jenjang karir bagi pekerja TI-nya, misalnya Junior Analyst, Senior Analyst, Junior Programmer, Senior Programmer, dan lain sebagainya. Dengan adanya jenjang karir tersebut tentunya juga akan berpengaruh pada gaji yang diterima pada masing-masing jenjang karir tersebut, sehingga setidaknya dapat memberikan motivasi kepada pekerja IT perusahaannya untuk dapat bekerja dengan baik sehingga dapat naik jabatan. Setidaknya mereka mempunyai gambaran, tahapan karir seperti apa yang akan dititinya.

Sebagai pekerja TI, tentunya saya berdoa semoga makin banyak perusahaan yang menyadari peran IT workers dengan tidak memandang pekerja TI merupakan manusia super yang serba bisa, dan tentunya juga dengan memperhatikan jenjang karir dan imbalan/bayaran yang sesuai dengan beban pekerjaan. Dan tentu saja, sebagai pekerja TI, Pe-eR kita adalah dengan mengasah skill agar tidak terlindas persaingan dengan semakin banyaknya pekerja TI yang ada sekarang ini. Demikian tulisan saya, semoga bermanfaat. 🙂

Berikut tulisan pada blog seorang teman kuliah di S2. Tulisan tersebut sangat inspiring menurut saya dan sudah membukakan mata saya. 🙂

Jendela Hati

Saya membaca tulisan ini Agustus tahun lalu, sangat mencerahkan dan menggetarkan, setidaknya untuk diri saya sendiri. Bagi saya, melihat Dunia luar bukan saja merupakan pengalaman yang luar biasa, bukan sekedar mempelajari hal hal baru, bukan saja meningkatkan rasa toleransi saya, mencerdaskan pikiran saya, bukan saja mengasah kemampuan saya untuk berani menyikapi kemungkinan kemungkinan terburuk, bukan saja menjepret objek objek menarik (karena saya suka fotografi), bukan saja bertemu teman baru, wajah baru, bukan itu saja. Akan tetapi perjalanan mengunjungi tempat tempat yang tersebar di Bumi ini menjadikan saya lebih bisa rendah hati dan sederhana, saya menjadi sadar bahwa saya berada di tempat yang sangat kecil di salah satu belahan Bumi ini, perjalanan saya juga bukan untuk menemukan eksistensi diri saya, akan tetapi membuka mata saya untuk ‘dunia’ yang belum pernah saya lihat, dengan begitu saya bisa melihat lebih luas dari apa yang tidak dilihat oleh orang lain, membuat saya menjadi lebih…

Lihat pos aslinya 971 kata lagi